GAMBARAN UMUM
Merpati ekpress sedang mengalami penurunan tingkat keuntungan. Dalam 2 tahun terakhir tingkat keuntungan mengalami tren negatif. Pada tahun 2012 perusahaan memperoleh laba sebesar 5 triliun rupiah, tetapi di tahun 2013 dan 2014 perusahaan hanya memperoleh laba di bawah 3 triliun rupiah. Pihak manajemen melakukan identifikasi terhadap persoalan ini, setelah dilakukan identifikasi didapatlah beberapa informasi dan fakta yang terjadi di lapangan yang menyebabkan perusahaan terus mengalami penurunan keuntungan. Beberapa informasi dan fakta tersebut diantaranya yaitu kebijakan pemerintah yang terlalu berbelit-belit mengenai penetapan tarif bea cukai. Selain itu pengelolaan terminal pelabuhan juga semrawut sehingga proses pengiriman barang dan logistik mengalami keterlambatan. Hal ini menyebabkan konsumen Merpati Ekspres menjadi kecewa dan tidak puas. Dampaknya sangat besar bagi perusahaan, berbagai complain dan kritik terus dilayangkan oleh konsumen kepada perusahaan. Inilah yang menyebabkan tingkat keuntungan perusahaan terus mengalami penurunan.
Perusahaan berencana untuk melakukan PHK beberapa
karyawannya, demi mengurangi biaya tenaga kerja yang tinggi.
Pemeran / Tokoh
Direktur : Dimas
Manajer HRD : Rikaz
Ketua Serikat Pekerja : Puguh
Karyawan : Diki
Mediator :
Ruli
Dialog
Diceritakan pada suatu hari, terjadi perbincangan
di kalangan manajemen Merpati Ekspres yang dilakukan oleh Direktur dan Manajer
HRD.
Keesokan harinya dilaksanakanlah rapat
yang dihadiri oleh Direktur beserta Manajer HRD dan Manajer Keuangan perusahaan Merpati
Ekspress.
Rapat tersebut membahas mengenai tingkat
keuntungan perusahaan yang terus mengalami penurunan.
Dalam
rapat tersebut telah diputuskan bahwa perusahaan akan melakukan PHK sejumlah
karyawan, rencananya ada sekitar 120 orang yang akan di PHK.
Direktur
menginstruksikan Manajer HRD untuk membuat surat pemberitahuan mengenai PHK
karyawan. Surat pemberitahuan tersebut disebarluaskan di mading informasi
perusahaan.
Setelah
surat pemberitahuan disebarluaskan, kemudian surat tersebut dibaca oleh para
karyawan perusahaan. Para karyawan terkaget melihat informasi tersebut.
Puguh dan Diki mengkoordinasikan
para karyawan untuk segera melakukan aksi penolakan keputusan PHK sepihak.
Aksi tersebut awalnya berlangsung
tenang, tetapi karena pihak manajemen tidak menggubris kemudian aksi penolakan
menjadi ricuh.
Kemudian Puguh dan Diki bertindak semakin ricuh dan gaduh. Lalu Dimas menyarankan agar masalah ini dibicarakan dalam sebuah forum rapat.
Rapat diselenggarakan disebuah
ruang khusus rapat di perusahaan Merpati Ekspres.
Rapat dihadiri oleh pihak manajemen
dan perwakilan karyawan.
Kemudian ruang rapat ricuh dan tidak dicapai kesepakatan.
Keesokan harinya para karyawan yang
tergabung dalam Serikat Pekerja, ramai-ramai melaporkan permasalahan ini ke
Dinas Ketenagakerjaan setempat.
Keesokan harinya dimulailah proses
Mediasi antara SP dan Pihak manajemen ME di kantor Dinas Ketenagakerjaan.
Ruli sebagai Mediator berdiskusi
dengan kedua belah pihak dan mencatat poin-poin yang ingin dicapai.
Ruli sebagai Mediator menyampaikan
poin-poin tuntutan dari kedua belah pihak
Dan telah dicapai kesepakatan, para
pihak yang terlibat saling berjabat tangan. Kemudian hasil kesepakatan tersebut
dijadikan sebagai Perjanjian Bersama yang harus dipatuhi kedua belah pihak.
0 komentar:
Posting Komentar