Organisasi secara
etimologi berasal dari bahasa latin organizare, kemudian (inggris) organize
yang berarti membentuk suatu kebulatan dari bagian-bagian yang berkaitan satu
sama lainnya. Secara sederhana organisasi merupakan wadah dimana orang-orang berkumpul, yang ingin
bekerjasama secara sistematis dan terpimpin dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Dalam organisasi rentan
sekali timbul konflik atau perselisihan antar anggota. Konflik terdiri dari
beberapa tingkatan, yaitu:
Konflik
intra perorangan
Konflik ini muncul dalam diri seorang individu dengan pemikirannya sendiri (
individu mengalami semacam
tekanan-tekanan dalam dirinya sendiri secara emosional ).
Konflik
antar perorangan
Terjadi
antara satu individu dengan individu
lain atau lebih, biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat & perilaku
setiap orang dalam organisasi.
Konflik
antar kelompok
Terjadi
apabila diantara unit-unit kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit
dari kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut akan membuat
koordinasi & integrasi kegiatan menjadi terkendala /mengalami kesulitan.
Konflik
antar keorganisasian
Konflik
bisa juga terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain, karena adanya
ketidakcocokan suatu badan terhadap
kinerja suatu organisasi.
Konflik yang terjadi di perusahaan
berdampak pada perilaku anggota organisasi. Perilaku organisasi adalah suatu
studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi,
atau kelompok tertentu. Studi tersebut mencakup pembahasan tentang aspek yang
ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di dalamnya,
juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi dimana
mereka berada.
Tujuannya memperlancar upaya pencapaian
tujuan organisasi.
Berdasarkan kasus-kasus yang telah
dibahas di kelas, berikut ini merupakan beberapa contoh konflik yang terjadi
serta dampaknya terhadap perilaku anggota organisasi:
1. Kebijakan
rencana pengurangan ongkos operasional yang dilakukan oleh British Airways
berdampak pada aksi mogok para kru kabin serta pembatalan 1.100 penerbangan.
2. Perusahaan
tambang emas PT. Sumber Energi Jaya
bersengketa mengenai wilayah dengan masyarakat adat motoling picuan Minahasa
Selatan, peristiwa tersebut berdampak terhadap kegiatan operasional perusahaan
serta menimbulkan kerusuhan.
3. PT.
Rasyid Lampulo yang berinisiatif untuk melakukan merger antar kedua anak buah
perusahaannya yaitu PT. Bank Buana dan PT. Bank Angkasa, inisiatif merger
tersebut berdampak pada perilaku jajaran manajer kedua Bank yang saling
melakukan resistensi.
Terjadinya
konflik memang tidak bisa dihindarkan lagi akibat dari tingkah laku manusia
yang berbeda. Konflik terdiri dari beberapa fase sebagai berikut:
1. Fase Klasik: konflik bisa muncul tapi bersifat
sementara & harus diselesaikan pihak manajemen.
2. Fase Hubungan antar Manusia: konflik itu ada
tapi bisa dihindari & perlu di atasi.
3. Fase Kontemporer: konflik adalah hal yang tak dapat dihindari dari kehidupan
organisasi. Konflik merupakan kenyataan
hidup yang harus dipahami & bukan ditentang.
Namun
sebisa mungkin konflik harus dikelola sehingga bersifat fungsional artinya
konflik yang terjadi dapat mendukung pencapaian tujuan. Berikut ini beberapa
pendekatan perilaku organisasi:
1. Pendekatan kognitif menekankan aspek pemikiran
manusia dan mengansumsikan bahwa perilaku adalah purposif yaitu diarahkan dan
berorientasi pada tujuan. Proses kognitif seperti harapan dan persepsi membantu
menjelaskan perilaku.
2. Pendekatan
behavioristik, menekankan aspek perilaku yang dapat diamati (dalam konteks Stimulus
– Respon) dan berbagai aspek lingkungan yg mempengaruhi perilaku.
3. Pendekatan
kognitif sosial, menekankan bahwa orang, lingkungan dan perilaku itu berada
dalam interaksi konstan satu sama lain dan secara resiprokal saling
mempengaruhi. Pendekatan ini merupakan gabungan elemen kognitif dan
behavioristik.
Kesimpulan
Konflik tidak dapat dihindarkan lagi
akibat dari perilaku manusia yang berbeda. Namun konflik tidak selamanya
merugikan organisasi atau perusahaan jika dikelola seoptimal mungkin sehingga
dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku anggota organisasi. Konflik
yang terjadi secara berkepanjangan perlu diwaspadai karena hal ini
mengindikasikan bahwa konflik yang terjadi sudah mencapai tingkat tinggi atau
jenuh sehingga perlu dilakukan penyelesaian.
Untuk melakukan penyelesaian konflik
dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1. Dominasi & Penekanan
Dominasi atau kekerasan yang bersifat
penekanan otokratik. Ketaatan harus dilakukan oleh pihak yang kalah pada
otoritas yang lebih tinggi atau kekuatan yang lebih besar.
Meredakan atau menenangkan, metode
ini lebih terasa diplomatis dalam upaya menekan dan meminimalkan
ketidaksepahaman.
2. Kompromi
Pemisahan:
pihak-pihak yang berkonflik dipisah sampai menemukan solusi atas masalah yang
terjadi.
Arbitrasi:
adanya peran orang ketiga sebagai penengah untuk penyelesaian masalah kembali
ke aturan yang berlaku saat tidak ditemukan titik temu antara kedua pihak yang
bermasalah.
3. Pemecahan
Masalah Integratif
Konsensus:
sengaja dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik, bukan hanya menyelesaikan
masalah dengan cepat.
Konfrontasi:
tiap pihak mengemukakan pandangan masing-masing secara langsung & terbuka.
Penentu
tujuan: menentukan tujuan akhir kedepan yang lebih tinggi dengan kesepakatan
bersama.
0 komentar:
Posting Komentar