Selamat Datang di Blog kami

Pages

Sabtu, 31 Mei 2014

Studi Kasus: Musyawarah Nasional IKADIN Menimbulkan Konflik yang Berujung Dualisme Kepengurusan

Musyawarah Nasional Ikadin IV yang berlangsung di Balikpapan, Kalimantan Timur, akhir pekan lalu berujung pada terbentuknya dua versi kepengurusan, yaitu versi Otto Hasibuan dan versi Teguh Samudera. Keduanya saling mengklaim diri sebagai pengurus yang sah. Secara lebih jelasnya bisa dibaca melalui (http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16844/rujuk-antar-dua-kubu-di-ikadin-mungkinkah)

Pembahasan
1.     Identifikasi Masalah yang Menimbulkan Konflik
Berbagai masalah yang menimbulkan konflik dualisme kepengurusan Ikadin digambarkan dalam diagram FISHBONE sebagai berikut:

      A.   Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kelompok, menuju ke  arah penentuan tujuan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan sikap yang dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kharismatik sehingga terpancar dalam diri sebuah keistimewaan yang membedakannya dengan yang lain. Dalam Musyawarah Nasional Ikadin terlihat jelas pihak-pihak yang berkonflik memiliki pengaruh yang cukup besar dalam organisasi. Namun yang terjadi justru malah menimbulkan masalah yang pelik, ketika Munas memasuki agenda sidang pleno untuk membahas mengenai formatur kepengurusan disinilah awal timbulnya sebuah konflik. Pemimpin sidang menentukan keputusan secara sepihak bahwa kepengurusan ditentukan oleh formatur tunggal, semestinya kepengurusan harus ditentukan oleh formatur yang berkomposisi tiga orang. Para anggota menganggap bahwa sikap pimpinan sidang cenderung otoriter karena berbagai pendapat yang disampaikan oleh anggota tidak diindahkan. Sikap otoriter tidak selalu tepat diterapkan dalam berbagai situasi, apalagi dalam acara sebesar Munas. Karena sikap pemimpin cenderung otoriter maka para anggota mengambil sikap yakni dengan membuat Munas tandingan. Oleh karena itulah terjadi dualisme kepengurusan dalam Ikadin.
     
      B.   Manajemen
Merupakan suatu aktivitas dalam rangka menggiatkan orang lain dan menggunakan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Secara etimologis manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu to manage yang berarti mengatur. Dalam setiap organisasi semestinya harus dibentuk manajemen yang terdiri dari orang-orang yang tepat sehingga prinsip The Right Man in The Right Place dapat terwujud. Apalagi untuk organisasi sebesar Ikadin, mestinya dibentuk manajemen yang solid dan orang-orangnya sesuai dengan bidangnya. Yang membuat konflik ini semakin rumit yakni karena ketidakjelasan dari manajemen Ikadin yang tidak professional dalam menyelenggarakan acara Munas. Terlihat jelas terdapat beberapa tata tertib yang dilanggar dan tidak ada sanksi yang diberikan. Semuanya harus kembali kepada AD/ART organisasi, karena di dalamnya tercantum berbagai hal-hal pokok yang mendasar mengenai organisasi mulai dari tata tertib sampai dengan sanksi atau hukuman. Biasanya jika suatu kegiatan atau tindakan yang tidak didasarkan pada AD/ART maka akan terjadi sebuah pembenaran. Pembenaran inilah yang tidak elok, karena dibalik sebuah pembenaran terdapat sebuah maksud dan kepentingan yang terselubung.

      C.   Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah penetapan struktur peran-peran melalui penentuan berbagai aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagian-bagiannya. Pecahnya konflik dalam Munas Ikadin dikarenakan pengurus tidak membentuk struktur kepanitiaan yang professional. Misalnya dalam kasus ini pimpinan sidang pleno Munas memutuskan secara sepihak formatur kepengurusan secara tunggal, dari kejadian tersebut jelas sekali tidak adanya koordinasi dari panitia Munas yang mengakibatkan adanya aksi Walk Out dari pihak-pihak yang merasa dirugikan dan tidak didengar pendapatnya.
      
      D.   Visi, Misi & Tujuan
Visi adalah daya pandang jauh ke depan, mendalam dan luas yang merupakan daya pikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu, dan tempat (Gaffar, 1995:22). Sementara Misi adalah operasional dari visi yang merupakan pemikiran seseorang tentang organisasinya, meliputi pertanyaan; mau menjadi apa organisasi ini dikemudian hari dan akan berperan sebagai apa. Konflik ini akan semakin berlarut-larut jika tidak kembali kepada Visi dan Misi yang telah dirumuskan bersama. Visi dan Misi organisasi Ikadin belum dipahami betul oleh para anggota organisasi, jika dibiarkan maka sulit sekali organisasi mencapai tujuannya. Alhasil dualisme kepengurusan ini akan sulit untuk disatukan jika semua pihak yang terlibat tidak mempunyai kesadaran untuk bersatu.

2.     Solusi yang Sesuai dan Tepat untuk Memecahkan Kasus
Konflik akan selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari sebagai konsekuensi dari perilaku manusia yang berbeda-beda. Namun konflik tidak selalu dapat dikatakan positif ataupun negatif, lihat dahulu sampai sejauh mana konflik tersebut berkembang tingkatannya. Konflik akan bersifat fungsional ketika telah mencapai tingkatan yang optimal, artinya konflik yang bersifat fungsional yaitu konflik yang dapat meningkatkan kinerja organisasi. Jika kita lihat dari konteks permasalahan yang sedang dihadapi oleh organisasi Ikadin, konflik yang berkembang tergolong konflik yang bersifat disfungsional karena pihak-pihak yang terlibat cenderung hanya memikirkan kepentingan pribadi maupun kelompok. Hal inilah yang harus diluruskan agar konflik dapat dikelola sehingga dapat meningkatkan kinerja dan keutuhan organisasi Ikadin.
Permasalahan yang dihadapi oleh Ikadin tak terlepas dari seputar permasalahan mendasar yaitu Kepemimpinan, Manajemen, Pengorganisasian, serta Visi, Misi dan Tujuan. Permasalahan tersebut sebenarnya telah diatur secara jelas dan rinci di dalam AD/ART organisasi Ikadin. Yang harus diutamakan ialah setiap anggota Ikadin harus diberikan pemahaman mengenai AD/ART karena di dalamnya sudah jelas diatur segala hal-hal pokok dan sanksi yang diberikan apabila melanggar. Untuk masalah kepemimpinan dan pengorganisasian dapat di atasi jika sebelum pelaksanaan telah dilakukan perencanaan yang matang melalui pemilihan orang-orang yang tepat dan memiliki kemampuan mengelola sebuah acara sebesar Munas. Perencanaan mengenai penyusunan agenda Munas juga perlu dibuat agar acara dapat berjalan dengan baik dan semua peserta munas mengetahui rangkaian acaranya.

Kesimpulan
Sebuah kapal besar tidak mungkin dikendalikan oleh dua nahkoda, karena jika terjadi sebuah masalah dalam kondisi yang genting maka akan sulit untuk menentukan siapa yang akan mengambil keputusan. Pernyataan tersebut tepat sekali jika dianalogikan dengan peristiwa dualisme kepengurusan di tubuh organisasi Ikadin. Organisasi sebesar Ikadin justru harus memberikan sebuah pembuktian bahwa dengan bersatu maka dapat memberikan kontribusi yang besar kepada Indonesia dalam upaya mewujudkan cita-cita negara hukum.
Dari sudut pandang manajemen sumber daya manusia, istilah The Right Man in The Right Place harus segera diterapkan dalam organisasi Ikadin agar orang-orang yang berada dalam organisasi dapat menempati posisi yang tepat dan sesuai dengan kompetensinya. Sudah saatnya memiliki kesadaran bahwa dengan bersatu dan memperkuat tekad untuk merealisasikan visi dan misi maka sebuah tujuan awal yang telah ditentukan dapat segera tercapai.

0 komentar:

Posting Komentar