BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjalani kehidupan di
era kemajuan teknologi membuat apapun yang diinginkan tidak menjadi hal yang
mustahil. Semua orang bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang diinginkan
melalui berbagai media. Internet merupakan media online yang sekarang paling banyak
digunakan karena dapat dengan mudah diakses menggunakan komputer maupun
smartphone. Namun dibalik kemudahan tersebut, ada dampak positif dan negatifnya
tetapi kembali lagi kepada niat individu yang dapat menentukannya.
Ketika
dihadapkan pada dua pilihan, terkadang menjadi hal yang menyulitkan bagi setiap
individu karena setiap alternatif pilihan terdapat konsekuensi yang harus
diterima. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan konflik. Konflik tidak
selamanya harus dihindari, karena dalam kehidupan sosial sering dijumpai
berbagai macam konflik yang tanpa disadari selama ini pernah kita alami. Tidak
hanya dalam kehidupan sosial, konflik dapat pula terjadi dalam proses
perkuliahan. Sebelum lebih jauh membahas mengenai konflik secara keseluruhan,
dalam makalah ini kami mengulas berbagai dasar pemahaman mengenai konflik
sebagai pengantar.
Teori
saja tidak cukup untuk membuat mahasiswa memahami manajemen konflik, oleh
karena itu diselenggarakan praktikum agar dapat mengaplikasikan teori yang
telah dipelajari. Pada awal kegiatan praktikum manajemen konflik, kami
diberikan berbagai gambaran mengenai jenis-jenis konflik yakni konflik
intrapersonal, interpersonal (antar individu), dan interorganisasi (antar
organisasi).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, kami merumuskan berbagai masalah yang akan dibahas
yaitu:
a. Apa
yang dimaksud mengenai manajemen konflik ?
b. Berbagai
konflik intrapersonal yang dialami oleh setiap mahasiswa APP SDM 4C2.
c. Solusi
dan cara penyelesaian konflik intrapersonal.
1.3
Tujuan
a. Memahami
berbagai definisi manajemen konflik.
b. Mengetahui
konflik yang pernah dialami dan berbagi pengalaman.
c. Menerapkan
solusi dan cara penyelesaian konflik dari masing-masing mahasiswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen
Konflik
Konflik
dapat dialami oleh setiap individu, antar individu maupun antar organisasi.
Konflik sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak dapat dihindarkan namun dapat
diredam dan diselesaikan. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui
perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984). Perilaku berkomunikasi
seseorang dapat mengindikasikan orang tersebut sedang terlibat konflik. Menurut
Kilmann & Thomas (dalam Luthans, 1983 : 366) yang dimaksud dengan konflik
adalah suatu kondisi ketidakcocokan obyektif antara nilai-nilai atau
tujuan-tujuan, seperti perilaku yang secara sengaja mengganggu upaya pencapaian
tujuan, dan secara emosional mengandung suasana permusuhan.
Berdasarkan argumentasi
menurut para ahli tersebut, kami berpendapat bahwa konflik ialah sebuah gejolak
yang dapat membuat seseorang merubah sikap karena terdorong untuk mencapai
tujuan pribadi. Perubahan sikap tersebut karena apa yang diinginkan tidak
sejalan dengan realitas. Hal ini menurut kami harus ditanggapi secara serius,
karena dapat menimbulkan rasa yang tidak nyaman sehingga berakibat seseorang
menjadi gelisah.
Untuk mengatasi
kegelisahan akibat timbulnya konflik, maka harus ada pengelolaan konflik atau
yang sering disebut sebagai manajemen konflik. Menurut Ross (1993) bahwa
manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak
ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik
dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan diri sendiri
maupun bantuan pihak lain dalam proses pengelolaannya. Dalam menyelesaikan
persoalan konflik, berkomunikasi merupakan cara yang tepat agar mampu
menafsirkan dan mempengaruhi kepentingan pihak yang terlibat.
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis
konflik yaitu:
1.
Konflik
Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang
dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang
memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Ada tiga macam bentuk
konflik intrapersonal yaitu:
a. Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama
menarik.
b. Konflik pendekatan –
penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama
menyulitkan.
c. Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2.
Konflik
Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar
seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan.
3.
Konflik antar individu dengan kelompok.
Konflik
yang bertalian dengan cara individu menanggapi tekanan tentang kesamaan yang
dilakukan kelompok kerja terhadapnya.
4.
Konflik antar kelompok
Konflik
yang terjadi antar unit yakni tidak adanya kolaborasi antar unit yang berakibat
pada kurangnya kerja sama.
5.
Konflik antar organisasi
Merupakan sarana
mengembangkan produk baru, teknologi, jasa, harga, dan pemanfaatan sumber daya manusia.
2.2 Konflik
Intrapersonal yang Dialami oleh Setiap Mahasiswa APP SDM 4C 2
Pada awal pertemuan
kegiatan praktikum manajemen konflik Hari Jumat 21-03-2014, kami diajarkan
mengenai materi praktikum oleh Pak Hasnin yang memberikan wejangan mengenai
proses kegiatan selama praktikum, Ibu Wikan dan Kak Faiq yang memberikan kami
pemahaman mengenai manajemen konflik terutama konflik individu dan organisasi.
Pada awal pertemuan praktikum kami diberikan pemahaman mengenai jenis-jenis
konflik. Jenis-jenis konflik diantaranya konflik intrapersonal, interpersonal
(antar individu), dan organisasi dengan organisasi.
Kami diinstruksikan
untuk membuat kelompok yang terdiri dari 4 orang. Kami tergabung dalam kelompok
2 (dua) yang beranggotakan Ruli Azhari,
Rikaz Hurairah, Diki Rahman, dan Dimas Anggun P. Selanjutnya kami
diinstruksikan untuk menuliskan berbagai masalah/ konflik intrapersonal yang
pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari. Konflik intrapersonal mempunyai 3
macam bentuk yaitu pendekatan - pendekatan, pendekatan - penghindaran, dan
penghindaran - penghindaran.
Berikut ini kami klasifikasikan berbagai
konflik intrapersonal yang pernah kelompok kami alami:
a.
Pendekatan - pendekatan (positif/
menyenangkan).
Ruli Azhari:
“Pada saat masih menjadi siswa SMK, pernah mendapat tawaran khusus dari wali
kelas untuk mengikuti test kerja di PT Denso tetapi di waktu yang bersamaan
mendapatkan informasi bahwa saya mendapatkan jalur undangan SNMPTN”.
b.
Pendekatan - penghindaran (positif/
menyenangkan tetapi ada konsekuensinya).
Rikaz Hurairah:
“Membuat janji dengan organisasi champstick untuk hadir dalam rapat tetapi di
hari yang sama dapat informasi bahwa harus menghadiri organisasi lain”.
Ruli Azhari:
“Mengikuti test untuk pelatihan di BLK Cevest Kemenakertrans, ketika sesi
wawancara dihadapkan pada dua pilihan yakni diterima ikut pelatihan tetapi
dengan konsekuensi harus hadir setiap hari agar mendapat sertifikasi keahlian,
tetapi setelah saya lihat informasi perkuliahan ternyata lamanya proses pelatihan harus menghendaki saya tidak masuk di perkuliahan awal semester
selama 1 minggu”.
Dimas
Anggun P: “Ketika berniat untuk hangout atau kopdar bersama teman-teman di
senayan, ternyata ada konflik yang dialami oleh salah satu teman dan akhirnya
terkena imbasnya”.
c.
Penghindaran - penghindaran (negatif/
tidak menyenangkan).
Diki
Rahman: “Ketika awal kuliah di APP, mempunyai masalah
dengan salah satu dosen”.
2.3 Solusi
dan cara penyelesaian konflik intrapersonal
Setelah kelompok kami
menguraikan berbagai konflik yang pernah dialami, kami sempat mendiskusikan
mengenai cara penyelesaian yang masing-masing kami lakukan. Dimas Anggup P,
mengatakan bahwa “ketika pada saat ia
mengalami kejadian di senayan dirinya mencoba bertanya kepada salah seorang
teman mengapa sampai terjadi keributan yang merugikan dirinya setelah itu ia
mencoba mengatasi situasi dengan musyawarah sehingga berakhir damai”. Sementara
itu Ruli Azhari berkata bahwa “pada saat
diwawancarai dan ditanya mengenai kesediaan mengikuti pelatihan, ia mencoba
untuk bernegosiasi dengan pewawancara supaya bisa ikut pelatihan namun izin
untuk tidak sampai selesai mengikuti proses pelatihan, tetapi pewawancara tidak
memberikan izin lalu ia memutuskan untuk merelakan tidak ikut pelatihan demi
kepentingan perkuliahan”. Diki Rahman menceritakan “ketika dirinya mempunyai masalah dengan dosen ia mencoba untuk berfikir
positif dan tetap mengikuti proses perkuliahan”. Sedangkan Rikaz Hurairah
menjelaskan bahwa “Dirinya lebih
mengutamakan untuk menghadiri rapat organisasi champstick karena telah membuat
janji”.
Selain berdiskusi
dengan kelompok sendiri, kami pun sempat berdiskusi dengan kelompok lain
diantaranya dengan Muhamad Edi Kosasih, “ia
menceritakan mengenai konflik pribadinya bahwa ia memiliki kebiasaan bergadang
dan tidur larut malam sehingga ketika mengikuti proses perkuliahan terutama
yang jadwal masuknya pagi ia sering mengantuk”. Dari kelompok kami
diwakilkan oleh Ruli Azhari untuk menanggapi dan memberikan solusi kepada
Muhamad Edi Kosasih. Ruli Azhari mengatakan bahwa “bergadang jangan dijadikan alasan untuk tidak produktif sehingga ketika
bangun pagi hari masih terasa ngantuk, ia menjelaskan banyak orang sukses yakni
pengusaha yang harus tidur malam dan bangun pagi tetapi tetap sukses dalam
berbisnis”. Semua persoalan kembali pada dirinya masing-masing, siapa yang
mampu bersikap bijak maka ia akan tetap mengalir dan sukses dalam sistem yang
sedang berjalan. Tanpa disadari ketika berdiskusi pun sebetulnya kita sedang
berkonflik karena tipe-tipe dan watak orang yang berbeda ada yang maunya menang
terus dan ada yang tak ingin dikritisi namun gemar mengkritisi pihak lain.
Ketika terjadi hal seperti itu, salah satu kiat untuk menggeneralisasi keadaan
yakni melalui upaya berkolaborasi.Kolaborasi merupakan pendekatan penyelesaian
konflik yakni berusaha untuk memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak.
Konflik bentuk ini diubah menjadi situasi pemecahan masalah bersama (Sunyoto :
2012). Dengan berkolaborasi maka tidak ada pihak yang merasa menang dan kalah
sehingga dengan demikian masing-masing pihak dapat menerima.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik dapat dirasakan, diketahui,
diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
Karena konflik dapat dirasakan dan diekspresikan maka cara seseorang
berkomunikasi bisa dengan mudah diamati apakah ia sedang mengalami konflik atau
tidak. Secara umum konflik sudah menjadi hal yang lumrah dan dapat menimpa
siapa saja. Tidak semua konflik berdampak negatif, ada juga konflik yang
positif. Yang dapat menentukan baik buruknya sesuatu hanyalah diri kita
masing-masing. Ketika mengalami konflik sebaiknya segera dikelola sehingga
tidak menimbulkan salah penafsiran.
Mengelola konflik atau yang sering disebut
sebagai manajemen konflik menurut Ross
(1993) yaitu langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam
rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau
tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Inti dari manajemen konflik yaitu membuat penafsiran bahwa konflik
dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan jika dapat dengan bijak
mengelolanya.
3.2 Saran
Memahami teori yang telah dipelajari harus
diiringi dengan praktikum sebagai wadah untuk menimplementasikan ilmu yang
telah didapat. Semoga dengan diadakannya praktikum manajemen konflik, kami selaku
mahasiswa mampu mamahami mengenai konflik dan cara pengelolaannya. Kami
berharap kegiatan praktikum ini mampu menambah pengetahuan dan kompetensi kami.
Referensi
Mahmud, Saifuddin. Ringkasan Mata Kuliah Manajemen
Umum. Jakarta: Universitas Borobudur.1992
Sunyoto, Danang. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: CAPS. 2012